Friday, January 20, 2012

PEMBODOHAN MASYARAKAT BERKEDOK SINETRON [Think About It]

Sinetron, hampir seluruh masyarakat Indonesia pasti familiar dengan kata ini....ya, Sinetron hampir menjadi dominasi tontonan sebagian besar masyarakat kita. Berikut adalah sinetron menurut Wikipedia :

Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah istilah untuk serial drama sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera (opera sabun), sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut telenovela. Menurut hasil wawancara dengan Teguh Karya, sutradara terkenal asal Indonesia, istilah yang digunakan secara luas di Indonesia ini pertama kali dicetuskan oleh Soemardjono (salah satu pendiri dan mantan pengajar Institut Kesenian Jakarta)

Disini TS tidak akan membahas tentang sejarah sinetron, gosip para pemainnya apalagi ngomongin salah satu judul sinetron TS hanya ingin mengajak kita sadar bahwa sinetron yang ditayangkan saat ini merupakan salah satu bentuk pembodohan masyarakat yang diterima dengan sukses oleh masyarakat itu sendiri.

Pembodohan yang terjadi memang dari segala penjuru (udah kayak serangan apaan ) mulai dari jalan cerita, akting pemainnya hingga ke setting adegan dan kostum yang digunakan

Ok, kita mulai pembahasan satu per satu dari pembodohan – pembodohan tersebut...cekibrot gan


PEMBODOHAN PERTAMA : JALAN CERITA

Jalan cerita sinetron sering terkesan dipaksakan hanya untuk memperpanjang masa tayangnya. Hal ini tentunya dengan alasan klasik, yakni keuntungan semata. Pihak Production House selaku produsen sinetron tentu saja dapat mengeruk keuntungan yang besar dari lamanya masa tayang sinetron.

Bayangkan saja, misalnya Sinetron ‘Tersanjung’ yang mencapai 356 episode dengan masa tayang 6 tahun dan 11 Bulan (1998-2005) andaikan rata-rata per episodenya dibeli oleh stasiun TV dengan harga Rp. 30.000.000,- hmmm......hitung sendiri duit yang didapet produsernya gan....

Namun apakah kemudian menjadi pembenaran dengan mengatas namakan bisnis dan keuntungan produsen sinetron membodohi masyarakat dengan jalan cerita yang diulur dan kemudian memasukkan unsur-unsur cerita yang tidak masuk akal seperti mistik ke dalamnya?

Sinetron yang pada awalnya bercerita tentang konflik kehidupan seseorang, dapat dengan mudah dimasuki oleh unsur mistis dan magic demi mensingkronkan jalan cerita dan menambah panjang jalan cerita

Misalnya orang yang dikisahkan telah meninggal, teryata ada kembaran lainnya yang masih hidup namun baru diketahui pada saat yang dibutuhkan (oleh produser) untuk memperpanjang konflik dan jalan cerita

bukankah disini akan terjadi pemahaman dalam masyarakat (apalagi anak-anak) yang akan berasumsi bahwa kejadian-kejadian semacam itu menjadi lumrah dalam kehidupan nyata yang kita jalani sehari-hari?


PEMBODOHAN KEDUA : AKTING PEMAIN

Tidak dipungkiri bahwa sinetron telah banyak memunculkan aktor-aktor baru dan jutawan muda di Indonesia. Hanya bermodalkan tampang indo, logat kebule-bulean, body aduhai (dan sedikit muka badak : ), seseorang dapat dengan mudah menjadi pemain sinetron dan menjadi jutawan muda dalam waktu yang singkat

Namun sangat disayangkan, para produser dan sutradara yang konon katanya orang-orang yang udah jago bikin film, (menurut pendapat TS) kurang teliti dalam menyeleksi akting seseorang. Akibatnya, kualitas akting yang didapat pun ala kadarnya, dan bahkan minus

Dibawah ini adalah beberapa standard akting sinetron :
untuk orang marah adalah mata yang melotot, nada tinggi, menunjuk lawan bicara dan bahkan tidak jarang ‘dilengkapi’ dengan mendaratnya tamparan di pipi lawan mainnya
untuk orang sedih adalah menangis meraung-raung, memukuli diri sendiri dan meratapi nasib di kamar (ada juga yang dibawah siraman hujan buatan, di kamar mandi dan tempat-tempat konyol lainnya )
untuk orang yang berniat jahat kepada si baik hati biasanya dicerminkan dengan akting yang mengengeryitkan dahi, mata yang berputar-putar searah jarum jam dan sesekali diiringi dengan tangan mengepalkan tinju yang di zoom berulang-ulang
untuk jagoan yang sopan dan penyayang biasanya akan dibekali dengan kewajiban untuk selalu menyatukan kedua tangan di depan (maaf) titi* dan dengan tutur bahasa yang halus dan sesuai dengan EYD. Apabila sang jagoan merasa gembira, senyum dan tawa yang ditahan selalu mewarnai muka mereka
untuk anak gaul, akting pada peran ini selalu dilengkapi dengan canda tawa yang garing dan najis kalo dipraktekan dalam kehidupan nyata (coba aja ambil satu contoh adegan yang dimaksud, trus agan praktekkin di kampus/sekolah/kantor agan....dan lihat hasilnya )
untuk orang pacaran yang sedang curhat......tidak pernah beradu pandang, satu sama lainnya memandang ke arah berlawanan dengan latar belakang yang sok romantis (misalnya pantai, gunung dll) biasanya adegan ini dibumbui dengan salah satu pemain yang ngomong sambil jalan...

dan banyak lagi adegan yang kalo dijelasin satu-satu

Adegan – adegan semacam itu yang merasuki pikiran anak kecil di negeri ini gan ingat, bahwa anak kecil adalah peniru yang paling hebat, apa jadinya kalo anak-anak meniru adegan2 tersebut?


PEMBODOHAN KETIGA : SETTING ADEGAN

Sebagian sudah dijelaskan diatas, Cuma mungkin ada sedikit tambahan kalo setting adegan untuk orang putus asa, patah hati, dipecat kerja, diusir dari rumah, ditinggal suami foya-foya biasanya berjalan di jalan setapak antah berantah dalam keadaan hujan dan malam hari dan biasanya akan menemuni beberapa kemungkinan buruk antara lain; ketabrak mobil, motor, truk atau kendaraan lain yang bisa disewa oleh team artistik dan properti dari PH yang bersangkutan; ketemu orang jahat yang berniat merampok, memperkosa, membunuh, serta perbuatan-perbuatan lain yang dianggap tidak bermoral oleh script writer dan produser; ketemu sahabat, mantan pacar, teman dari masa lalu yang baik hati dan segera menolong

Pembodohannya adalah, jawab sendiri gan....semang separah itu di Indonesia?dimana kalo kita jalan sendirian trus hal-hal buruk bisa terjadi sama kita?emang harus seperti itu orang yang sedang menghadapi masalah?harus kabur dari rumah dan pergi ke antah berantah?emang dia ga punya saudara, tetangga atau siapalah yang bisa bantu dia di saat susah emang ni orang ga kenal siapa-siapa kali ya


PEMBODOHAN KEEMPAT : KOSTUM

Kostum para pemain sinetron juga bisa dikategorikan pembodohan. Coba sekarang kan lagi banyak tuh sinetron yang mengangkat tema etnik kebudayaan tertentu?nah perhatikan, ketika setting di Jogja misalnya. Anak muda yang menjadi tokoh sentral dalam sinetron itu biasanya mengenakan baju lurik dilengkapi asesoris blangkon dan mengendarai sepeda onthel. Orang tuanya biasa digambarkan sebagai bapak-bapak tua yang masih mengenakan beskap dan hobi miara burung trus ibunya biasa masih pake kebaya dengan sanggul dan konde yang lengkap (udah kaya mau kondangan )

Sekarang pertanyaan buat agan yang tinggal di Jogja...apakah bener seperti itu gambaran anak muda Jogja pada umumnya?saya rasa jauh dari realitanya gan.... saya pernah ke Jogja dan ga nemu hal-hal seperti yang selalu digambarkan dalam sinetron-sinetron itu...

Hal seperti ini akan menimbulkan miss persepsi serta distorsi yang luar biasa di kalangan orang luar daerah tersebut....bayangkan kalo orang Sumatera melihat sinetron yang mengangkat cerita tentang kehidupan anak muda di Jogja dengan setting kostum seperti itu?

Nah, itu baru sebagian kecil dari puluhan pembodohan yang dilakukan oleh kolaborasi antara produsen sinetron, broadcaster serta pemasang iklan, dan tidak lupa oleh lembaga rating (yang tidak pernah jelas metodenya) yang menyatakan bahwa sinetron menempati rating paling tinggi sepanjang masa.Jadi kesimpulannya, masih maukah bangsa ini dibodohi oleh tayangan yang tidak bermutu seperti itu?sudah saatnya hal ini menjadi perhatian pihak-pihak yang berkewajiban mengurusi masyarakat, tidak hanya hari ini, tapi persiapan untuk Indonesia di masa depan.



Pembodohan Sinetron Indonesia

Jakarta - Selama ini saya perhatikan dari beberapa tayangan sinetron di stasiun-stasiun televisi swasta sepertinya lebih banyak memberikan sebuah cerita yang tidak layak ditayangkan.

Apalagi untuk anak-anak di bawah usia dini. Adegan kekerasan, percintaan anak usia dini, seks, dan maksiat, dan menjual kekayaan menjadi barang yang sering di pakai oleh pembuat sinetron tersebut.

Kalau saya lihat lebih banyak cerita kepada pembodohan penonton. Anak-anak yang seharusnya tidak tahu hal-hal yang bukan tayangan mereka menjadi tahu. Sepertinya orang tua pun menjadi terbiasa dengan tayangan tersebut.

Cobalah buat tayang sinetron yang seperti Bang Dedi Mizwar buat. Lebih banyak kepada pendidikan moralnya dan agama.

Saya sarankan agar Komisi Penyiaran Indonesia agar lebih aktif lagi di dalam melakukan pengawasan kepada siaran yang menjurus ke arah pembodohan penonton.



Bahaya Laten Sinetron

Sampai kapan fenomena ini bertahan? Sulit ditentukan. Selama jumlah penontonnya masih bejibun, selama production house masih produktif memproduksi (baca: menjiplak), dan sampai kita masih belum tersadarkan diri, fenomena ini masih akan berlangsung lama.

Yang jelas, kalau fenomena ini dibiarkan berlarut-larut, serial bagus dan membumi seperti Bajaj Bajuri atau Office Boy mungkin akan segera punah. Sinetron berkualitas seperti Dunia Tanpa Koma (DTK) bakal tak laku lagi. Tayangan berita seperti Liputan 6dan Headline News mungkin akan segera dilikuidasi. Pembuat film/FTV indie mulai menggadaikan idealismenya. Divisi in-house production akan dimerger. Pimpinan kreatif berganti nama menjadi pimpinan copy-paste.

Dan setiap televisi akan berlomba-lomba menayangkan sinetron setiap saat.

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa semua yang menonton sinetron sama sekali tidak cerdas. Namun, sebelum perekonomian bangsa ini benar-benar pulih sehingga bisa menciptakan generasi intelek yang bisa menyadari bahwa dirinya sedang ditipu sinetron-sinetron tersebut, saya cuma bisa menyarankan, mari kita sama-sama untuk tidak menonton sinetron.



Setuju ga kalo kita boikot sinetron yang ga bermutu gan?

No comments:

Post a Comment